Turki Utsmani, Sejarah Kejayaan Dinasti Islam
Republik Turki, yang dahulu negara berbentuk monarki yang terkenal dengan nama OTTOMAN, atau Ottoman Empire. Ottoman atau Turki Utsmani memiliki wilayah kekuasaan yang besar, hampir 3 benua dikuasai. kesultanan Ottoman atau Kesultanan Utsmaniyah adalah nama dari sebuah negara kekaisaran yang terkenal karena berhasil menaklukkan Konstantinopel & mengakhiri riwayat Kekaisaran Romawi Timur / Byzantium. Ottoman juga terkenal karena dari negara ini pulalah, terdapat pasukan Janissary yang terkenal sebagai salah satu pasukan terkuat di Abad Pertengahan. Namun, kita tidak bisa lagi melihat Ottoman di masa kini karena negara monarki tersebut kini sudah runtuh & digantikan oleh Republik Turki.
Bergantinya Kesultanan Ottoman menjadi Republik Turki merupakan efek dari semakin merosotnya kekuatan Ottoman selama berabad-abad. Diawali dengan terhentinya ekspansi wilayah Ottoman yang kemudian diikuti dengan lepasnya wilayah-wilayah Ottoman, kerajaan berbendera bulan sabit tersebut mencapai titik terendahnya setelah menjadi pesakitan dalam Perang Dunia I. Rentetan peristiwa tersebut lantas mendorong kelompok nasionalis sekuler di Ottoman untuk mengangkat senjata & memerangi pasukan dari negara-negara yang menduduki wilayah Ottoman. Hasilnya, mereka berhasil mengalahkan negara-negara tadi, sekaligus mengubah Turki dari yang awalnya berbentuk kesultanan menjadi republik.
Oleh masyarakat di luar Turki, peristiwa runtuhnya Ottoman & berdirinya Republik Turki mengundang simpati sekaligus kecaman. Kecaman khususnya datang dari golongan Muslim konservatif karena akibat peristiwa tersebut, Turki tidak lagi menjadi negara Islam. Kecaman juga datang dari orang-orang di luar etnis Turki karena pemerintah Turki cenderung mengucilkan hak-hak dari etnis minoritas Turki, misalnya etnis Kurdi. Namun, simpati juga datang dari golongan liberal & sekuler yang beranggapan kalau kelompok nasionalis Turki sukses membangkitkan Turki dari yang awalnya merupakan negara terbelakang di Eropa menjadi salah satu kekuatan regional seperti sekarang.
SEJARAH LAHIRNYA DINASTI USMANI (TURKI OTTOMAN)
Munculnya dinasti Usmani di Turki terjadi pada saat dunia Islam mengalami fragmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan Abbasiyah (kira-kira abad ke-9). Sebelum itu, sekalipun telah ada kekuasaan bani Umayyah di Andalusia (755-1031 M) dan Bani Idris di bagian barat Afrika Utara (788-974 M), fregmentasi itu semakin menjadi pada sejak abad ke-9 M. Pada abad itu muncul berbagai dinasti seperti Aghlab, di Kairawan (800-909 M), Bani Thulun di Mesir (858-905 M), Bani Saman di Bukhara (874-1001 M) dan Bani Buwaih di Baghdad dan Syiraz (932-1000 M). Kerajaan Usmani berkuasa secara meluas di Asia kecil sejak munculnya pembina dinasti ini yaitu Ottoman, pada tahun 1306 M. Golongan Ottoman mengambil nama mereka dari Usman I (1290-1326 M), pendiri kerajaan ini dan keturunannya berkuasa sampai 1922. Di antara negara muslim, Turki Usmani yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa Sultan Usman, orang Turki bukan merebut negara-negara Arab, tetapi juga seluruh daerah anatara Kaukasus dan kota Wina. Dari Istanbul, ibu kota kerajaan itu, mereka menguasai daerah-daerah di sekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki merupakan faktor penting dalam perhitungan ahli-ahli politik di Eropa Barat. Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifaan Islam yang mempunyai pengaruh besar dalam peradaban di dunia Islam.
Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang umat Islam, pemimpin suku kayi, Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersbut dan lari ke arah barat. Bangsa Mongol itu mulai menyerang dan menaklukan wilayah Islam yang berada di bawah kekuasaan dinasti Khwarazm Syah tahun 1219-1220 M. Sulaiman Syah meminta perlindungan kepada Jalal Ad-Din, pemimpin terakhir dinasti Khwarazm Syah tersebut di Transoksania, sebelum dikalahkan oleh assukan Mongol. Jalal ad-Din memberi jalan agar Sulaiman pergi ke Barat ke arah Asia kecil, dan di sanalah mereke menetap. Sulaiman ingin pindah lagi ke wilayah Syam setelah ancaman Mongol reda. Dalam usahanya pindah ke negri Syam tersebut, pemimpin orang-orang Turki tersebut hanyut di suangi Euphrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar, tahun 1228.
Mereka akhirnya terbagi menjadi 2 kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri asalnya, dan yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil. Kelompok kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga dipimpin oleh Erthogrol (Arthogrol), anak Sulaiman. Mereka akhirnya menghambkan dirinya kepada Sultan Ala ad-Din II dari Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat di Konya, Anatolia, Asia Kecil.
Di sana di bawah pimpinan Ertoghrul mereka mengabdikan diri kepada Sultan Seljuk yang sedang berperang melawan Bizanthium. Pada waktu itu bangsa Saljuq yang serumpun dan seagama dengan orang-orang Turki imigran tadi melihat bahaya bangsa Romawi yang mempunyai kekeuasaan kemaharajaan Romawi Timur (Bizantium). Dengan adanya tambahan pasukan baru dari saudara sebangsanya itu pasukan Saljuq menang atas Romawi. Sultan gembira dengan kemenangan tersebut dan memberi hadiah kepada Erthogrol wilayah yang berbatasan dengan Bizantum. Dengan senang hati Erthogrol membangun tanah perdikan itu dan berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut dan merongrong wilayah Bizantium. Mereka menjadikan Sogud sebagai pusat kekuasaannya. Diansti Saljuk Rum sendiri sedang surut pada saat itu. Dinasti tersebut telah berkuasa di Anatholia bagian tengah kurang lebih dua ratus tahun lamanya, sejak tahun 1077 hingga tahun 1300.
Erthogrol mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang diperkirakan lahir tahun 1258. Nama Ustman itulah yang diambil sebagai nama untuk kerajaan Turki Usmani. Erthogrol meninggal tahun 1280. Usman ditunjuk untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki atas persetujuan Sultan Saljuq, yang merasa gembira karena pemimpin baru itu dapat meneruskan kepemimpinan pendahulunya. Sultan banyak memberikan hak istimewa kepada Usman dan mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar bey di belakang namanya. Usman juga diperbolehkan untuk mencetak uang sendiri dan didoakan dalam khutbah jum’at. Namun demikian, sebagian ahli menyebutkan bahwa Usman adalah anak Sauji. Sauji itulah anak Erthogrol, sehingga Usman adalah cucunya, bukan anaknya. Sauji telah meniggal sebelum ayahnya meninggal. Ia meninggal dalam perjalanan pulang sehabis memohon kepada Sultan Saljuq atas perintah ayahnya Erthogrol untuk tinggal menetap di wilayahnya. Permohonan itu dikabulkan oleh Sultan makanya Erthogrol ketika menerima berita ini sedih bercampur gembira. Sedih karena anaknya meninggal dan gembira karena permohonannya untuk menettap di wilayah Saljuq itu dikabulkan oleh Sultan.
Ketika Erthogrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh Usman. Usman inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizanthium yang berdekatan dengamn kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuq Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usmanpun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usman dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
B. Sultan Turki Usmani
Raja-raja Turki Usmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan menguasai kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama atau spiritual. Mereka mendapatkan kekuasaan secara turun-temurun, tetapi tidak harus putra pertama yang menjadi pengganti sultan terdahulu. Ada kalanya putra kedua atau putra ketiga dan menggantikan sultan. Dalam perkembangan selanjutnya pergantian kekuasaan itu juga diserahkan kepada saudara sultan bukan kepada anaknya. Dengan sistem pergantian kekuasaan yang demikian itu sering timbul perebutan kekuasaan yang tidak jarang menjadi ajang pertempuran antara satu pangeran dengan pangeran yang lalinnya, yang mengakibatkan lemahnya kekuasaa Usmaniyyah. sejak zaman Usman hingga Sulaiman yang agung dapat dikatakan bahwa para sultannya terdiri dari orang-orang yang kuat, dapat mengembangkan kerajaannya hingga ke Eropa dan ke Amerika.
Di masa Sulaiman yang bergelar juga al-Qanuni itulah Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Setelah masa itu para sultannya dalam keadaan lemah, ditambah lagi dengan banyaknya serangan balik dari negeri-negeri Eropa yang sudah merasa kuat. Akhirnya para penguasa Usman tidak dapat lagi mempertahankan kerajaanya yang luas itu dan hilanglah kekuasaannya tahun 1924 ketika Mustafa Kemal Attaturk menghapuskan khalifah untuk selama-lamanya di bumi Turki dan bergantilah negeri itu menjadi Republik hingga kini.
Dalam sekian lama kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa tidak kurang dari tiga puluh delapan sultan, yang sejarah kekuasaan mereka bisa di bagi menjadi lima periode.
1. Periode pertama
Periode ini dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur. Sultan-sultannya adalah sebagai berikut:
a. Usman I 1299-1326
b. Orkhan (putera Usman I) 1326-1359
c. Murad ((putera Orkhan) 1359-1389
d. Bayazid I Yildirim (Putera Murad) 1389-1402
Sebagaimana telah disebutkan di atas, Usman mendapatkan kekuasaannya setelah meningglanya Sultan Saljuq Rum, Ala ad-Din II. Kerajaannya diperkuat dengan menambah wilayah-wilayah yang dirampasnya dari Bizanthium. Untuk negeri-negeri yang belum ditaklukan di wilayah Asia Kecil, Usman mengirim surat kepada mereka untuk memilih dari tiga pilihan, yakni tunduk dan memeluk agama islam, membayar jizyah, atau diperangi. Banyak dari mereka yang tunduk dan memeluk agama islam, sebagian yang lain mau membayar jizyah, tetapi ada pula yang menentang dan bersekutu dengan tentara Tartar untuk melawannya. Usman pun tidak gentar menghadapinya, disiapkan pasukan pilihan untuk melawan sekutu Tartar yang akhirnya dapat dikalahkannya.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Dia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Pada masa pemerintahan Orkhan 1326 M kerajaan Turki Usmani dapat meenaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Galli poli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
Ketika Murad I berkuasa (1359-1389 M) selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrionopel, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian Utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman , raja Honggaria. Namun Sultan Bayazid 1 dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.
Sultan Bayazid naik tahta tahun 1389 dan mendapat gelar Yaldirin dan Yaldrum, yang berarti kilat karena terkenal dengan serangan-serangannya yang cepat terhadap lawannya. Ia menaklukkan wilayah-wilayah yang belum ditundukkan oleh para pendahulunya. Di masanya terjadi perang besar antara pasukan Usmani dengan tentara sekutu Eropa.bayazid tidak gentar mengahdapi pasukan sekutu di bawah anjuran Paus dan bahkan menghancurkan pasukan salib.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turrki Usmani. Penguasa-penguasa Seljuq di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu putera Bayazid saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala.
2. Periode Kedua
Periode ini ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Sultan-sultannya adalah:
a. Muhammad I (Putera Bayazid I) 1403-1421
b. Murad II (Putera Muhammad I) 1421-1451
c. Muhammad II Fatih (Putera Murad II) 1451-1481
d. Bayazid II (Putera Muhammad II) 1481-1512
e. Salim I (Putera Bayazid II) 1512-1520
f. Sulaiman I Qanuni (Putera Salim I) 1520-1566
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putera-peteranya yang satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri. Namun pada saat ittu juga terjadi perselisihan antara putera-putera Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudarnya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri.
Muhammad baru diakui seluruh wilayah Usman setelah berjuang kurang lebih sepuluh tahun. Ia mempunyai strategi yang berbeda untuk menghadapi semua lawannya.ia membuat perjanjian damai dengan raja-raja Eropa dan menaklukkan wilayah-wilayah yang menentang satu demi satu. Akhirnya wilayah Usman dapat disatukan satu demi satu. Integrasi wilayah ini tampaknya mengejutkan Eropa karena mereka sama sekali tidak menduga bahwa Usman akan bangkit kembali karena sudah berantakan akibat serangan Timur Lenk. Sultan meninggal tahun 1421 M dan digantikan oleh putranya Murad II.
Sultan Murad II naik tahta ketika beliau berumur muda sehingga tidak dihiraukan oleh raja-raja Eropa. Banyak tantangan yang dia hadapi. Yang paling penting adalah bersatunya pasukan Eropa di bawah komando negeri Honggaria dengan Huynade sebagai pemimpinnya. Serangan-serangan terhadap dunia Islam membuahkan kemenangan, yang memaksa Murad II untuk berdamai dengan mereka. Perdamaian dengan sumpah di bawah kitab suci masing-masing agama itu Injil dan al-Qur’an dikhanati oleh pihak Kristen. Mereka bernafsu menyerang kembali Usman tanpa menghiraukan perjanjian yang telah dibuat belum lama berselang. Sultan Murad yang semula mengundurkan diri dari panggung politik bangkit keembali guna menghadapi penghinatan itu. Akhirnya dengan semangat yang tinggi dan serangan yang dahsyat pasukan Huynade dapat dilumpuhkan dan ia lari ke Eropa. Sultan Murad II meninggal setelah itu, pada tahun 1451 M, dan digantikan oeh putranya, Muhammad II.
Sultan Muhammad II naik tahta pada tahun 1451 M dengan mewarisi kerajaan yang luas. Ia terkenal dengan nama Al-Fatih, sang penakluk atau pembuka, karena pada masanya Konstantinopel sebagai ibu kota Bizantium berabad-abad lamanya dapat ditundukkan. Hal itu terjadi pada tahu 1453 M. Pasukan Usmani memblokade kota berbenteng kat itu dari segala penjuru yang akhirnya kota itu dapat ditaklukkan. Gereja Aya Sophia yang terkenal itu diubah menjadi mesjid dan kebebasan beragama dijamin. Ibu kota Usmani dipindahkan ke kota itu dari Edirne. Telah berulang kali pasukan muslim sejak masa Umayyah berusaha menaklukkan Konstantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng di kota tua itu. Dengan terbukannya kota Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat keerajaan Bizanthium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Turki Usmani. Karena ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke wilayah ini bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria.
Sultan Muhammad mengembangkan wilayahnya lebih lanjut setelah penaklukan yang dinanti-nanti oleh umat Islam. Sultan meninggal tahun 1481 dan diganti oleh putranya Bayazid II.
Berbeda bengan ayahnya Bayazid II lebih memnetingkan kehidupan tasawuf daripada perang di medan laga. Kelemahannyaa di bidang pemerintahan yang cenderung berdamai dengan musuh mengakibatkan Sultan itu tidak begitu ditaati oleh rakyatnya, termasuk putera-puteranya. Bahkan terjadi perselisihan yang panjang antara mereka. Akhirnya Sultan Bayazid II mengundurkan diri dari pemerintahan tahun 1512 dan digantikan oleh puteranya Salim I.
Berbeda dengan ayahnya Sultan Salim I memiliki kemampuan memerintah dan memimpin peperangan. Maka pada saat pemerintahannya wilayah Usman bertambah luas hingga menembus Afrika Utara. Syria dapat ditaklukan dan Mesir yangg diperintah oleh kam Mamalik ditundukkan pada tahun 1517 M. Gelar khalifah yang disandang oleh al-Mutawakkil ‘ala Allah, salah seorang keturunan Bani Abbas yang selamat daris serangan bangsa Mongol 1235 M dan pada saat itu yang berada di bawah proteksi Mamluk, diambil alih oleh Sultan. Dengan demikian sejak masa Sultan Salim para sultaan Usmani menyandang juga gelar khalifah. Walaupun sangat sebentar sekali berkuasa Sultan Salim sangat berjasa membentangkan wilayahnya hingga mencapai Afrika Utara, suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh para pendahulunya. Ia meninggal tahun 1520 dan digantikan oleh anaknya Sulaiman I.
Pada masa Sultan Sulaiman I ini terjadilah zaman keemasan bagi kerajaan Turki Usmani. Wilayahnya mencapai kawasan yang luas, meliputi daratan Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga Aljazair dan Asia hingga ke Persia. Serta meliputi lautan Hindia, laut Arabia, laut Merah, Lut Tengah dan Laut Hitam. Ia menyebut dirinya sebagai Sultan dari segala Sultan, raja diraja, pemberi anugrah mahkota bagi raja-raja dan bayang-bayang Allah di muka bumi. Ia membuat dan memberlakukan Undang-undang di wilayahnya sehingga ia disebut al-Qanuni, pembuat Undang-undang. Orang Barat menyebutnya sebagai Sulaiman yang agung, The Magnificinet. Ia wafat taahun 1566 dan digantikan oleh putranya Salim II. Di masa anaknya inilah mulai tampak kemunduran kerajaan Usmani sedikit demi sedikit.
3. Periode Ketiga
Periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya, sampai lepasnya Hungaria. Namun kemunduran segera terjadi. Dalam masa kemunduran Turki Usmani setelah Sulaiman terdapat beberapa Sultan yang berkuasa berturut-turut sebagai berikut:
a. Salim II (Putera Sulaiman I) 1566-1573
b. Murad III (Putera Salim II) 1573-1596
c. Muhammad III (Putera Murad III) 1596-1603
d. Ahmad I (Putera Muhammad III) 1603-1617
e. Mustafa I (Putera Ahmad I) 1617-1618
f. Usman II (Putera Ahmad I) 1618-1622
g. Mustafa I (Yang kedua kalinya) 1622-1623
h. Murad IV (Putera Ahmad I) 1623-1640
i. Ibrahim I (Putera Ahmad I) 1640-1648
j. Muhammad IV (Putera Ibrahim I) 1648-1687
k. Sulaiman III (Putera Ibrahim I) 1687-1691
l. Ahmad II (Putera Ibrahim I) 1691-1695
m. Mustafa II (Putera Muhammad IV) 1695-1703
Pada akhir kerajaan Sulaiman I kerajaan Usmani berada di tengah-tengah dua kekuatan Monarki Austria di Eropa dan keerajaan Shafawi di Asia. Selama periode ini Usmani mencapai kemenangan dibeberapa negara di Eropa. Di Asia sistem Feodal memungkinkan munculnya penguasa-penguasa lokal yang diberi gelar pasya. Mereka ditemukan diperbatasan Persia dan Kurdistan, dan juga di Syria. Melemahnya kerajaan Usmani pada awal periode ini sebagian besar disebabkan oleh alasan domestik. Selama abad ke-16 sudah tampak bahwa Usmani hanya bisa bertahan dengan perang yang terus menerus, sekarang keadaan itu harus disesuaikan dengan kondisi aman. Pengganti Sulaiman tidak sesuai dengan tuntutan kondisi itu. Sultan Muhammad II, Usman II, dan Muhammad IV sering menyertai pasukan dalam ekspedisi, tetapi Murad IV adalah Sultan terakhir yang mempertahankan tradisi ghazi. Jadi para sultan selanjutnya kurang terlibat langsung dalam administrasi negara sekalipun mereka tetap dikelilingi oleh tradisi kebesaran.
Namun ini tidak menyelamatkan pembunuhan Usman II pada tahun 1628 dan pemakzulan Ibrahim pada tahun 1648 dan Muhammad IV pada tahun 1688. Bahkan para penguasa dan jendral memainkan peran lebih penting dalam pemerintahan, seperti Mehmed Saqoli Pasya di bawah Salim II, Sinan Pasya di bawah Muhammad II, Murad Pasya dan Khalil Pasya di bawah Ahmad I dan Usman II. Di samping itu beberapa kelompok lain bersaing dalam mengatur negara, seperti korps Janissari, Sipahi, lingkaran istana dan ulama’ dengan instuisinya syaikh al-islam. Murad IV adalah satu-satunya sultan yang sanggup menekan pengaruh kelompok-kelompok itu. Ia bahkan berhasil meningkatkan kekuatan militer baru, Segban, berasama-sama Janissari. Sekalipun terdapat gejolak keagamaan dari sebagian masyarakat melawan orang-oarangg kristen, para negarawan itu menunjukkan sikap yang sangat toleran.
Ada pemberontakan agama yang dilakukan oleh masyarakat kelas bawah di Asia Kecil, dan ini menunjukkan bahwa tradisi keagamaan lama abad ke-13 dan ke-14 tidak seluruhnya lenyap. Pada tahun 1599 muncul gerakan Qara Yaziji dan Urfa, pada tahun 1606 pemberontakan Qalender Oghlu di Sharukhan, yang sempat beberapa tahun menguasai wilayah yang luas di Anatolia Barat, sampai dihancurkan oleh Murad Pasya; pada tahun 1623-1628 terjadi pemberontakan Abaza yang melawan Janissari. Di Anatolia timur ada gerakan pemisahan diri di bawah seorang Kurdi bernama Janbulat di Syiria Utara.
4. Periode Keempat
Periode ini ditandai dengan secara berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah di tangan para penguasa wilayah. Sultan-sultannya adalah sebagai berikut:
a. Ahmad III (Putera Muhammad IV) 1703-1730
b. Mahmud I (Putera Mustafa II) 1730-1754
c. Usman III (Putera Mustafa II) 1754-1757
d. Mustafa III (Putera Ahmad III) 1757-1774
e. Abdul Hamid (Putera Ahmad III) 1774-1788
f. Salim III (Putera Mustafa III) 1789-1807
g. Mustafa IV (Putera Abd. Al-Hamid I) 1807-1808
h. Mahmud II (Putera Abd. Al-Hamid II) 1808-1839
Selama abad ke-18 tanda-tanda kemunduran kerajaan Turki semakin tampak. Sebab-sebab kemunduran itu terdapat dalam kondisi politik. Dampak masa transisi dari penaklukan ke masa damai dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan asing, seperti Austria dan Rusia. Sistem administari tetap sama selama periode ini. Dalam hampir semua bidang otoritas pemerintah pusat kehilangan pengaruhnya. Pada awal abad ke-18 hal ini belum begitu tampak. Konstantinopel masih merupakan ibukota yang cemerlang di mana istana Ahmad III memberikan contoh sebuah kehidupan yang mewah . pada periode ini pula terjadi perkembangan literatur yang pesat diluar lingkaran ulama’. Kelas baru sastrawan muncul yang menjadi cikal bakal lahirnya kelas menengah intelektual yang bermula pada awal abad ke-19. Demikian juga lahir pelukis-pelukis baru sejak tahun 1727. Kelas baru dari fungsionaris ini adalah budak-budak sultan. Hanya di bawah Muhammad II posisi mereka diatur dengan cara yang lebih liberal.dalam situasi pemerintahan itu Janissari dan Sipahi yang disisplin mereka sekarang mengedor beberapa kali memberontak. Pemberontaka Janissari yang dipimpin oleh Patrona Khalil pada tahun 1730 yang menyebabkan hilangnya tahta Ahmad III, tampaknya lebih ditujkan untuk melawan aristokrasi baru itu.
Setelah Ahmad III kehidupan di istana menjadi lebih tenang. Kelas penguasa dan para sultan mulai menyadari kelemahan kerajaan dan berusaha mengatasinya dengan cara memperkenalkan pembaharuan militer. Salim III melaksanakan pembaharuan militer, tetapi sangat sedikit yang mendukungnya. Intitisi pasukan baru yang menyebabkan pemberonrakan Janissari yang didukung oleh para ulam’. Mahmud II akhirnya mempertimangkan reformasi yang lebih terencana. Ia akhirnya mengambil kesimpulan bahwa tidak ada jalan lain dalam melaksanakan pembaharuan selain melakukan pembunuhan massal terhadap Janissari, tindakan itu benar-baenar terjadi di Konstantinopel pada 16 Juni 1826.
Pada saat yang sama tarekat Bektassyyiyah ditindas. Lemahnya kerajaan pusat telah menjadi karakterr kerajaan Usmani pada abad ke-18. Aljazair, Tunisia, dan Tripoli diperintah oleh para Bey secara turun-temurun. Mesir diambil alih oleh Ali Bey. Di Anattholia pada tahun 1739 ada pemberontakan yang berbahaya dari Syari Beg Oghlu. Di Mesopotamia dan Iraq kondisinya juga demikian. Di syiria kaum Druze memiliki amirnya sendiri dan daerah pantai dikuasai oleh Jazzar Pasya dari Akka.
5. Periode Kelima
Periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administratif dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat. Sultan-sultanya adalah:
a. Abdul Majid I (Putera Mahmuud II) 1839-1861
b. Abdul Aziz (Putera Mahmud II) 1861-1876
c. Murad V (Putera Abd. Majid I) 1876-1876
d. Abdul Hamid II (Putera Abd. Majid I) 1876-1909
e. Muhammad V (Putera Abd. Majid I) 1909-1918
f. Muhammad IV (Putera Abd. Majid I) 1918-1922
g. Abdul Majid II (1922-1924), hanya bergelar khalifah, tanpa sultan yang akhirnya diturunkan pula dari jabata khalifah. Turki Usmani di hapus oleh Kemal Attarurk dan Turki menjadi negara nasiona Republik Turki.
Pada periode ini muncul gerakan pembaharuan yang kurang lebih merupak aplikasi dari Tanzimat. Namun demikian tantangan Barat terus berlanjut sehingga secara bertahap wilayah Usmani semakin berkurang. Pada tahun 1865 Turki kehilangan Serbia, dan dua kerajaan kecil di Danube. Pada tahun 1878 Serbia, Montonegro dan Rumania lepas dari Usmani, sedang Bulgaria menjadi semiindependen. Di kawasa Caucasia Turki kehilangan Qars dan Batum. Inggris mencaplok Cyprus dan Mesir. Burgaria merdeka dan Bosnia dan Herzegovina diambil oleh Austria. Kemudian Tripoli jatuh ketangan Italia.
Selama abad ke-19 hubungan Turki dengan Persia berjalan baik. Namun, karena keterlibatan Turki dalam perang Dunia menyebabkan kehilangan beberapa wilayah di Asia. Konstantinopel sendiri diduduki oleh pasukan sekutu. Kemunduran politik ini pada akhirnya mengentarkan turunnya sultan Muhammad VI pada tahun 1922 dan kemudian hilangnya kerajaan Usmani.
Artikel terkait:
Jika anda ingin mengikuti Blog ini Silakan Masukkan Email Anda Di Subscribe.
YANG HARUS DINGAT
-
Mal Ratu Luwes di Pasar Legi yang terbakar Pada Kerusuhan Mei 1998 Masih segar teringat diingatan kita semua tragedi 16 tahun silam...
-
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ( Suwardi Suryaningrat , sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara , EYD: Ki Hajar Dewantara , beberapa...
-
bagi calon wisudawan Universitas Slamet Riyadi Surakarta dapat mendowload Blanko persyaratan wisuda di blog ini Download Blanko Wisuda ...
-
Republik Turki, yang dahulu negara berbentuk monarki yang terkenal dengan nama OTTOMAN, atau Ottoman Empire. Ottoman atau Turki Utsmani m...
-
Kepemimpinan Orde Baru dibuat geger pada 15 Januari 1974, persis 40 tahun lalu. Timbul perlawanan pertama digalang mahasiswa...
-
Prof. dr. Sp.F, Marsekal Muda Anumerta Abdulrachman Saleh lahir di Jakarta , 1 Juli 1909 – meninggal di Maguwoharjo , Sleman , ...
-
Kejuaraan dunia untuk balap motor pertama kali diselenggarakan oleh Fédération Internationale de Motocyclisme (FIM), pada tahun 1949. ...
-
Abdul Muis adalah sastrawan terkemuka Indonesia juga seorang jurnalis, aktivis partai politik dan pejuang kemerdekaan yang berperan besar...
-
Lomba Desain Logo Oi yang diselenggarakan oleh Yayasan Orang Indonesia (YOI) diikuti ratusan peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999 di Des...
-
belum selesai hiruk pikuk peringatan lahirnya Presiden RI pertama yaitu kemaren tanggal 06 juni. sekilas ini kami coba uraikan kembal...
ARTIKEL LAINNYA
0 komentar for this post